Memilih Kesibukan

Selalu saya ingat perkataan pada awal menginjakkan kaki di kampus ini: saya ingin menjadi orang yang bermanfaat. Belum terbayang bermanfaat seperti apa. Yang jelas, andai ada kegiatan bermanfaat, saya pasti berkeinginan untuk ikut. 

Ada beragam aktivitas di kampus. Luar biasa, saya takjub. Sangat melimpah kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa di kampus yang tak seberapa besarnya ini. Mereka asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Kegiatan sosial mengajar anak-anak, berdiskusi, mendengarkan kajian keagamaan, dan masih banyak lainnya. Semua aktivitas itu saya yakin membawa manfaat.



Kadang saya dengar percakapan beberapa teman. Aku mau ikut kegiatan X, tapi bagian yang nggak sibuknya aja ah, takut capek, begitu katanya. Menurut saya perkataannya itu aneh. Setiap aktivitas yang dipilih pastilah ada kesibukannya. Andai dari luar dilihat tak sibuk, pastilah ada masanya diterpa kesibukan. Apabila suatu saat menemui kondisi seperti ini, kira-kira apa yang akan dilakukan orang tersebut? Menghindar? Menghilang? Entahlah. Bagi saya perkataan semacam itu tidaklah menunjukkan sikap totalitas.

Sejatinya, saya sadari betul, pilihan yang diambil kelak pastilah akan menemui kesibukan dan kelelahan. Misalnya, dalam mengambil suatu mata kuliah—yang dilabeli mata kuliah ringan—andai sampai pada masa-masa sibuk sekalipun, pastilah akan sibuk. 

Kita memang akan menemui suatu kesibukan. Apapun jalan hidup yang kita pilih, kesibukan tak pernah bisa terhindarkan. Namun, kita bisa memilih, kesibukan seperti apa yang akan kita jalani kelak.

Hendaklah kita bercermin pada perkataan, “Jika tidak disibukkan dengan kebaikan, maka disibukkan dengan keburukan.” Berkaca pada nasihat itu, baiknya kita memohon agar selalu dipertemukan dengan kesibukan-kesibukan yang membawa kebaikan. Bukan yang merusak, bukan yang merugikan. Sebab begitu mudahnya hati untuk tergerak dan berbolak-balik. Hari ini baik, besok belum tentu. 

Dengan izin Allah, tentulah kita akan kembali pada hal-hal baik, entah kapan kita akan memeluknya erat-erat. Bila kini kebaikan masih jauh dari agenda harian kita, tunggulah sampai hati kita tersentuh dan jasad tergerakkan untuk mengerjakan kebajikan. Bagi dia yang telah memulainya, selamat menyibukkan diri pada kesibukan yang baik, kesibukan yang Allah senangi.

Post a Comment

0 Comments