Hari ini masuk pertama sekolah. Aktivitas pertama yang saya lakukan bersama para siswa adalah menulis cerita selama liburan. Mungkin dalam benak kalian akan bertanya, “Kamu sebenarnya guru apa?” Ya, betul, saya adalah guru kimia.
Bagaimana kisahnya? Nanti akan saya tulis di postingan terpisah.
Sebagaimana siswa-siswa saya di sekolah, kali ini saya juga akan menceritakan libur akhir puasa dan lebaran kemarin.
1/
Libur akhir puasa dimulai tanggal 4 April. 3 hari sebelumnya saya sudah memulai i’tikaf di Masjid Baitul Ilmy, Labschool Rawamangun, Jakarta Timur. Ada kesan bahagia ketika bisa kembali i’tikaf di Labschool Rawamangun, setelah terakhir kali diadakan tahun 2019. Bahagia karena kembali ke sini, bahagia karena masih bisa merasakan i’tikaf
2/
Tanggal 6 April saya, bapak, dan mama berangkat mudik dengan tujuan Grobogan, Jawa Tengah. Memasukai daerah Karawang, bus yang kami tumpangi seketika mengeluarkan asap dan suara gaduh. Beberapa penumpang menjerit. Ada pula yang terbangun dari tidurnya (itu saya). Akhirnya bus berhenti di pinggir jalan tol karena mengalami pecah ban sehingga perjalanan terhenti 3 jam.
3/
Ada satu hal yang cukup disesali pada momen liburan kali ini. Kejadiannya mendekati 10 hari terakhir Ramadhan.
Ketika itu, momennya saya sedang dapat uang tambahan. Tercetuslah pikiran untuk belanja kebutuhan di rumah. Jarang-jarang sebetulnya, kapan lagi, kan, bisa kasih sesuatu buat orang tua, pikir saya.
Bukan itu bagian yang membuat saya menyesal.
Saya ingat, di rumah ada satu sachet bumbu tomyum. Pikir saya, “Sekalian aja kali ya sedia stok bahan tomyum buat di rumah. Nanti dimasak setelah lebaran.” Akhirnya pergilah saya belanja ke toserba untuk beli bahan-bahan makanan. Jumlahnya terbilang cukup banyak.
Waktu itu sudah mulai masuk 10 hari terakhir. Saya sudah bertekad untuk memaksimalkan waktu untuk i’tikaf. Ketika perjalanan dari toko menuju ke rumah, saya baru sadar, “Lho, nanti kan mau mudik ya? Kulkas berarti dimatiin dong.” Di situlah saya merasa keputusan beli bahan-bahan tomyum jadi kurang tepat. Apalagi niatnya mau dimasak setelah lebaran. Apalagi ini jumlahnya banyak. Duh.
Dengan segala strategi, akhirnya diputuskan beberapa hal: dumpling keju langsung digoreng untuk bekal saat perjalanan, bumbu tomyum dibawa ke kampung, bahan-bahan dibekukan ditambah es batu yang dibungkus goodie bag berlapis-lapis. Semua di luar rencana.
Untungnya semua bahan bisa tereksekusi dengan baik. Semuanya dimasak di kampung.
4/
Kenapa kalau di kampung hawanya pengin minum teh daun dan kopi terus ya?
0 Comments
Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.
Emoji