Pengalaman Baru Ke Pasar Baru, Jakarta

Selera masyarakat kekinian sudah semakin beragam. Ada orang-orang yang suka kemodernan, dan ada pula yang suka gaya tradisional. Sebagian orang juga menyukai sesuatu hal yang memiliki nilai historis. Misalnya, orang suka pakai sepeda onthel karena nilai sejarahnya tinggi. Dianggap langka dan unik.

Tempat wisata pun begitu. Nilai-nilai sejarah menjadi daya tarik sebuah tempat. Jakarta, yang sudah “sibuk” sejak zaman kolonial, punya banyak tempat wisata peninggalan zaman penjajahan. Salah satunya adalah Pasar Baru.

Pasar Baru, pasar yang nggak pernah lama. Selalu disebut baru.





Keinginan gue untuk mengunjungi tempat ini sudah sejak lama dipendam. Ketika itu gue ke tempat ini bersama anak-anak KIR. Nah, bersamaan dengan turun di halte Pasar Baru, gue melihat ada gapura besar bertuliskan “Passer Baroe”. Mungkin suatu saat nanti gue akan ke sana, kata gue saat itu.

Untuk mewujudkannya, satu hari di bulan Oktober 2016 gue ke sana. Hanya dengan bermodalkan kartu Transjakarta dan beberapa lembar dua ribuan, gue nekad ke sana. Sendirian.

Perjalanan dimulai dari halte Rawa Buaya. Gue naik bus tujuan Kalideres-Pasar Baru. Kebetulan di dalam bus nggak ramai, tetapi tetap aja gue nggak kebagian tempat duduk.

Awalnya gue agak takut kalau perjalanan kali ini nggak akan menyenangkan. Gue melihat dari balik kaca bus langit sudah gelap. Dan sesampainya di halte busway Pasar Baru hujan turun cukup deras. Gue masih berdiri di jembatan penyeberangan menunggu hujan reda. Hujan belum kunjung berhenti, niat buat ngelanjutin jalan-jalan hampir hilang. Tapi, masa iya gue harus naik bus tujuan Kalideres lagi untuk pulang. Ngapain capek-capek ke sini. Harus banget gue tunggu sampai hujan reda karena akan ada pelangi indah setelahnya~

HUJAN~
Setelah agak reda gue langsung masuk ke area pasar. Gapura yang dulu pernah gue lihat sekarang benar-benar ada di atas kepala gue. Passer Baroe 1820. Gile, bikin merinding coy!

(Ini bukan gapura. Cuma tulisan di pinggir jalan.)

PASSER BAROE 1820

Namun, setelah berada di pasar, yang gue temui adalah... pasar. Ya, emang cuma pasar. P-A-S-A-R. Tempat jual-beli. Di bayangan gue ada semacam museum-museum (atau emang sebenarnya ada tapi gue nggak tau?). Kebanyakan di pasar ini diisi kios-kios penjual perhiasan, busana, tas, dan sepatu. Beberapa penjual makanan juga ada. Tadinya gue mau beli, tapi karena uang yang gue bawa dalam jumlah sedikit niat itu gue batalkan. Perut kenyang tapi nggak bisa pulang sama aja bohong.

Atap Pasar Baru layaknya tenda hajatan.


Terlalu sepi bila disebut pasar

Biarpun gue nggak beli apa-apa, rasanya senang bisa ke tempat ini. Nilai historisnya dapat banget. Pokoknya serasa lagi belanja di luar negeri—seperti yang gue lihat di acara TV. Ya, tetap aja, agak risih sendirian di pasar tanpa ada niatan beli sesuatu. Atau memang ini bawaan sifat introvert? Atau ini karena orang-orang yang lahir hari Rabu Kliwon tidak pernah menyukai keramaian. Tetapi, kok kalau upacara gue nggak pernah masalahin ini ya? Padahal sama-sama ramai. 

Secara tujuan, gue jelas melanggar. Tujuan dasar ke pasar adalah ngabisin duit. Namun, ke Pasar Baru bukan hanya belanja dan ngabisin duit saja. Mungkin bukan pasarnya jadi tujuan utama, tapi pamernya, eh nilai sejarahnya. Kalo cuma diceritain teman mah nggak akan merinding.

Azan Asar berkumandang. Rencananya gue mau ke Masjid Istiqlal yang jaraknya nggak jauh dari Pasar Baru. Namun, gue terus-terusan mencari jalan keluar area pasar. Gue jalan hingga ujung pasar, lalu tidak berjalan mengikuti rute sebelumnya. Gue lewat daerah kompleks perumahan. Gue terlalu percaya kalau kompleks-kompleks di Jakarta disusun sedemikian rupa, cenderung sama di mana saja. Jadi, gue berani-berani aja jalan menyusuri kompleks. Pokoknya, kalau ketemu jalan raya gue selamat. Kalau nggak ketemu, ya nyasar deh.

Dalam perjalanan mencari jalan raya (tujuan gue saat ini), gue dipertemukan sebuah tempat yang nggak asing. Tempat yang masih berada di dalam area pasar. Tempat yang berada di antara jalan kecil. Tempat itu adalah....

Gramedia di dalam gang

YA! Gramedia. Entah kenapa rasanya tenang kalau ngeliat Gramedia. Mau nyasar di Gabon kalau ketemu Gramedia mungkin rasanya sama. Biar kesannya nggak sia-sia ke Pasar Baru, gue memutuskan masuk ke Gramedia. Biar kalo ditanya temen, “Ngapain aja di Pasar Baru?” gue bisa jawab, “Ngadem di Gramedia.”

Tetep, nggak beli apa-apa.

Di Gramedia gue nggak lama-lama. Karena takut kesorean gue langsung keluar area Pasar Baru. Sebelum pulang gue mengambil gambar gapura dengan kamera handphone. Sedang asyik memotret, ada seseorang menghampiri gue.

“Mas, sini saya fotoin,” kata seorang ibu. “Tapi nanti gantian. Mas fotoin kami.”

Gue kaget lalu menoleh ke belakang. Ada seorang ibu, bapak, dan (sepertinya) seorang anaknya yang lebih tua daripada gue. Bingung mau terima atau nggak. Gue sempat menolak, tapi si ibu bilang, “Beneran, Mas? Emang nggak rugi datang ke sini nggak ada foto masnya di depan gapura?”

Sekarang begini: Kalau gue terima tawarannya, nanti ngerepotin si ibu. Kalau nggak diterima sayang banget. Merenung sejenak pada niatan untuk mengupload gambar ke blog, gue mengiyakan juga. Kapan lagi, coy!

“Tapi, Bu, nanti ngerepotin ibu,” ujar gue.
“Nggak, Mas. Santai aja. Nggak ngerepotin, kok,” katanya. “Mau pake kamera saya atau kamera Mas?”

Gue celingak-celinguk melihat si ibu dan dua lelaki yang ikut dengannya. Nggak ada aura mencurigakan. Takutnya selesai foto dia nagih duit.

“Ya udah deh, kalo gitu.”

Gue memberikan handphone ke anaknya. Dia mengambil beberapa gambar.

Hasilnya nggak terlalu bagus. Bukan, ini karena faktor kamera handphone gue yang nggak bagus. Muka mah dari sananya.

Gue langsung menyilangkan tangan di dada, berpose layaknya turis. “Bang, difotoin dulu tuh. Pake handphone Mama aja, deh,” kata si ibu ke anaknya. Bener, emang nggak ngerepotin si ibu. Tetapi ngerepotin si Abang.

Lelaki itu sebelumnya memegang handphone Samsung. Setelah ibunya memberikan handphone, digunakannya handphone si ibu untuk memfoto gue. Ada logo apel tergigit di belakangnya.

“Tenang, Mas. Pake iPhone gambarnya jernih.”

“Hehehehe, iya, Bu.” Gue nyengir. Sampai gue menyadari bahwa iPhone nggak bisa buat bluetooth-an. “Nanti gimana ngirim fotonya?”

Turis Gabon | Pasar Baru atau pacar baru?

“Oh iya, nggak bisa bluetooth.” Ibu itu diam sejenak. “Yaudah, kan ada Wasap.”

Gile, sampai segitunya mau nolong.

Pemotretan dilanjutkan. Si Ibu nanya gue.

“Kamu anak daerah ya?”

Perasaan dandanan gue ke sini udah kayak anak Jakarta: kaos tulisan Indonesia dan tas gendong. Emang keliatan kampung banget apa?

“Euhm, euh, anu... saya dari Cengkareng, Jakarta Barat.”
“Sendirian aja?” tanya anaknya si ibu.
“Iya. Refreshing. Capek belajar terus. Nggak punya temen juga. Hehehehe,” jawab gue sok asik.
“Kamu masih sekolah? Kelas berapa?” tanya si Ibu.
“Kelas 12.”
Si ibu melanjutkan. “Nih, kalau mau kerja,” si Ibu menepuk pundak anaknya, “minta aja sama dia. Dia bos, lho.” Anaknya ketawa ringan.

Gokil. Baru saja gue, si anak hilang, difotoin sama seorang bos.

Setelah selesai difoto, giliran gue memfoto mereka.

Gue langsung melanjutkan ke Istiqlal. Di jembatan penyeberangan gue cek WhatsApp. Foto yang tadi telah dikirim. Senangnya bukan main!

Selanjutnya ke Istiqlal, jalan kaki. Melewati Gedung Filateli dan Tugu Adipura

Gedung Filateli. Bukan Balotelli
Tugu Adipura
Biar dikira bukan hoax, ini foto diambil di area Masjid Istiqlal. Asli. Nggak nyomot dari Google. Tadinya biar lebih meyakinkan, mau videoin salat Asar. Tapi... jangan deh mendingan.



Setelah ini, ke mana lagi, ya?

Post a Comment

57 Comments

  1. Itu pas nungguin hujan reda
    Sempet ngitungin ujannya g?
    .
    Pas ke pasar baru waktu itu tw g ada berapa jumlah pengunjungnya?
    .
    Wah di potonya kok kayak kang jualan minuman ya
    Lagi dagang kamu y, rob?

    ReplyDelete
  2. Betul juga ya mas, pasar baru pasar yang tak pernah lama. haha

    Wah itu si Ibu baik bangen ya mas, tak ada blutot pun, whatsapp jadi .. hehe

    Sempat juga ya mas tanyain anaknya perempuan atau laki-laki :D
    Btw, perjalanan seru, selalu ada cerita kalau pergi ke pasar itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ibu-ibu memang baik. Kitanya yang jahat. :))

      Yoi. Seru dong! :)

      Delete
  3. Wadaw Robby mandiri. Jalan-jalan ke pasar sendirian, tanpa teman, tanpa kekasih hehe. Tulus banget ya keluarga si ibu. Aku salut.

    Ngomong-ngomong, di Bandung juga ada Pasar Baru, tapi bedanya disini mah berupa mall.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mandiri atau kasian, cees? :(

      Mantap dong. Siapa tau bisa ke sana. Tapi kalo berupa mal, di Jakarta banyak. :D

      Delete
  4. Lu bener-bener sendirian? Ya, Allah... ini anak kasihan amat. XD
    Wanjaaay, difotoin sama bos.

    Btw, Gramedia emang tempat paling asoy. :)

    ReplyDelete
  5. Si Ibu niat bener nolongin fotonya, sampai di-WA. Itu beneran nawarin kerja apa cuma basa-basi? BISA KALEEE

    Abis ini ke Masjid Sunda Kelapa :D

    ReplyDelete
  6. Kalau aja masih muda pasti jadi primadona sekolah. :))

    BOLEH JUGA!

    ReplyDelete
  7. Saya salut sama niat ibu2 nya buat ngefotoin, trnyata selain bertitel ibu2 ternyata ibu2 itu juga bertitel bos. Luar biasa kmu rob, difoto sama ibu2 merangkap bos skaligus tmenan whatsupp an sama dia...

    TUNGGU APA LAGI ROB? BISA KALIII.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahahaha, cintailah ibumu. :))

      YOI, NIH. MAU MODUSIN DOI DULU~

      Delete
  8. wahhh berarti pacar harus baru ini... okesip, biar bisa disebut baru ..

    ReplyDelete
  9. terakhir gue kesini hampir 2 bulanan yang lalu, dan atmosfirnya selalu gue suka, hohoho. Gue suka keramaiannya, sama suasananya yang khas gitu.. oh pasar yang tak pernah lama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi, Jev. Apalagi pas gue ke sana cuacanya abis hujan. Mellow gimana gitu~

      Delete
  10. suka lihatnya , pasar ternyata gak harus kumuh ya

    ReplyDelete
  11. Kasihan kamu jomblo, jalan2 sendirian ihik ihik

    ReplyDelete
  12. Hahaha keren Rob. Kenapa gak sekalian minta foto mereka rob, buat di masukin di tulisan ini. Jarang-jarang soalnya gue lihat orang baik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tadinya mau nyomot dari foto profil WA-nya. Nggak jadi deh. Heheheh.

      Delete
  13. jadi ingét udah lama ngga ke passer baroe...

    ReplyDelete
  14. Ya Allah, ni anak random banget sii.
    Aneh yak, orang bosen sampe ngeder sendiri ke pasar baru.
    Baru tau nih, ada orang model begini.

    ReplyDelete
  15. Ah iya, harusnya minimal video call-an, ya.

    Ke Jakarta lagi dong. Nanti ke Pasar Baru. Wahahah. Iya, itu biar seger (atau muntah). :))

    ReplyDelete
  16. wakkakaa kali ke Istiqal lagi bilang2 rob, gw traktir loe di bebek jabe ijo department agama,

    ReplyDelete
  17. Robby warbiyasak sendirian. Hahaha

    kabarin grup blogger dong, rob. Biar jalan-jalannya bareng :D

    ReplyDelete
  18. SENDIRIAN BANGET? YA ALLAH. KASIHAN BANGET ROBBY. KASIHLAH ROBBY JODOH BUAT JALAN-JALAN KE PASAR YA ALLAH.

    dan BIAR BELANJAAAAAA :))))

    ReplyDelete
  19. CIYEEEE TAMPILAN BARUUUU. SUKAAA! PACAR BARUNYA KAPAN NIH? BAHAHAHAHA.


    DAN ITU... MAKSUDNYA APA ROBBY BENCONG? BELAJAR MELANCONG?


    Segala bawa kepribadian introvert lagi ini bocah. Hahahaha. Eh tapi aku juga introvert sih. Dan aku lebih nyaman jalan sendirian. Bodo amat deh. Yang penting ada earphone. Hehehe.

    INI MANA FOTO IBU SAMA ANAKNYA? WAH ROBBY GITU. Nggak adil. Foto kamu doang yang kamu kirim dan pajang di sini. Foto mereka enggak :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah, ketahuan deh. Wahahaha.

      Hidup tukang nonton sendiri! :))

      Dia nggak ngirimin. Kalau dikirim juga lumayan, buat wallpaper. Ehehehe.

      Delete
  20. lo awal2 bahas kakek2 langsung kebayang kakek legend :((

    pasanya sepi ya? dan keliatan modern, kayak bukan pasar malah xD

    untung pas ditepuk ibu2 itu lo gak hilang ingatan sementara alias kena gendam. :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahahaha, kampret. Kakek legend. :'D

      Hmmm, kebanyakan nonton sinema religi, nih! :))

      Delete
  21. Tapi gramednya pasar baru entah knapa bagi gue kok kecil ya rob
    Dan gedungnya juga, mungkin karena kepengaruh gedung2 tua kawasan pasar baru, gue kadang merinding gitu, palaginyg bagian pasar bajuwnya trus turunan tangga di jembatan, kayak bekas kebakar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ho-oh, mbak. Emang kecil. Karena di tengah pasar mungkin, ya. Beda sama di mal.

      Jadi tambah berkesan. :))

      Delete
  22. Itu jadi cuman beneran pasar aja gitu ya? Ya iya sih Pasar Baru. Tapi gue pikir selama ini kayak ada sesuatu gitu di dalamnya. Hahahah. ._.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue kira ada museumnya gitu. Ngarepnya begitu malah. :))

      Delete
  23. Waaah. Gimana jalan jalan sendiri? Gue kayanya kapan kapan perlu jalan jalan sendiri kali ya. Mencoba hal baru, soalnya selama ini gue paling nggak nyaman jalan sendiri, mending molor aja deh di rumah.

    Beuuuhh Robby difotoin seorang boss!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengalamannya seru, mbak! Nggak kalah sama jalan rame-rame. Huehehehe.

      Delete
  24. Wah, udah lama banget aku nggak ke Pasar Baru, mas :)

    ReplyDelete
  25. Belum pernah kesana wkwkwk
    Belum pernah naik transjakarta juga
    Biasa naik kereta

    Besok-besok deh kalau udah agak free kayaknya lumayan seru hihi

    P.S.
    Ebuset solat asar divideoin -___-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah mau tahun baru, mungkin bisa jadi pertimbangan destinasi akhir tahun. :))

      Delete
  26. Waktu kehujanan auranya sedih kaya anak kucing ilang. Pas nyampe pembuktian shalat ashar ngakak parah -_- sekalian minta tandatangan imamnya bisa kali kak, ntar di posting. Biar kaya anak sekolahan waktu ramadhan-an, minta ttd imam tarawih wkwkwkwkw. Btw, lain kali jalan-jalan ke perpustakaan hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ketinggalan salah berjamaah. :(

      Oke juga kayaknya. Nanti kapan-kapan nyoba, aaah...

      Delete
  27. meskipun banyak historisnya, tapi pasar baru tetap pasar kan ya? masih berfungsi sebagai tempat jual beli :D

    ReplyDelete
  28. wah petualangan ke Pasar Baru.
    Baguslah mengenal seluk beluk kota sendiri.
    oh iya kalau kamu kebetulan lagi cari tips fotografi mampir juga dong ke blog ane
    gariswarnafoto[dot]com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi dong. Mempelajari kearifan lokal. Muehehe.

      Oke sip, gan!

      Delete
  29. Tahu gejrot di Pasar Baru enak tau, Rob! Ku sukaaaaa :D

    Wuiiiih segitunya ya si Ibuk mau nolong. Baik banget. Agak takjub aku di Jakarta masih ada orang sebaik mereka. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaaah, harusnya beli! Tapi, kayaknya banyak deh penjualnya.

      Iya... perlu eksplor lagi orang-orang baik dan dipublis di sini. :))

      Delete
  30. 10 thn tinggal di jakarta, aku baru sekali ke pasar baru :D.. pas mau nikah, cari bahan baju di sana... kan bagus2 tuh toko kainnya... tapi memang enak kok belanja di sana... krn bersih dan komplit... jg ga trlalu crowded kyk pasar2 di daerah jakarta timur -__-...

    aku jrg kesana semata krn jauh aja sih mas dr rumah :D.. tp ga bakal nolak kalo suami ngajakin main kesitu.. eh di sana kan ada warung kopi yg terkenal juga tuh.. katanya enak banget dan udh beberapa generasi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ho-oh. Saya yang nggak belanja aja rasanya nyaman banget. Apalagi waktu itu udaranya abis kena hujan, jadi serrrr gitu. :))

      Tuh, kan. Kelewat lagi spot asik di sana. :( Mungkin kalau punya duit dan kesempatan ke sana bakal nyobain.

      Delete

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)