Tumbuh dan Berkembang bersama Nasihat

Tumbuh dan berkembang di lingkungan yang dikelilingi nasihat itu enak banget ya.

Buat orang yang nggak suka denger nasihat, saya coba sarankan: istighfar banyak-banyak. Karena nasihat adalah perantara kebaikan mau hadir ke kita.

Ungkapan "ah sok-sokan lu" atau sok-sok yang lainnya yang membuat kita menolak nasihat. Memang pernah ada masanya saya sendiri pun sulit menerima nasihat dan masukan. Sulit banget. Sulit, karena saya merasa sudah melakukan hal yang benar. Tapi ketika teguran itu datang, saya malah menghindar. Memang ada kalanya kita pun perlu menyaring, mana yang hanya boleh didengar, mana yang harus jadi perbaikan diri kita.

Kembali lagi ke nasihat.

Usia-usia seperti saya ini adalah usia yang perlu sebanyak-banyaknya dengar nasihat orang berpengalaman. Khususnya di dunia pekerjaan. Kenapa khususnya dunia itu? Ya, gapapa. Saya mau bahas itu soalnya.

Saya pernah dengar pesan, kadang ukuran kebahagiaan kita dalam kerja itu bukan dari berapa jumlah besaran gaji/upah yang kita terima, tapi seharusnya lebih dari itu; masih punya waktu beribadah, masih sempat nambah ilmu, dan hal-hal yang nggak bisa kita bayar lewat banyaknya uang kita. Kalau buat saya yang suka banget sama hal-hal ini, saya jelas setuju. 

Lain lagi cerita, ada yang ngajar les private tapi ketika waktu shalat sudah masuk, muridnya nggak mau berhenti. Merasa nggak nyaman, akhirnya cari kerja lagi. 

Saat saya mulai mencoba suatu pekerjaan, pesan-pesan tadi nggak semudah yang saya kira. Saya juga mengajar private, dan saya baru benar-benar merasakan harus sabar dan benar dalam bersikap. Jangan dulu bicara tentang ilmu yang disampaikan. Melalui perilaku kita, bisa jadi salah satu sebab bagaimana murid bakal bersikap pada guru.

Sampai di satu titik, saya terpikir, "Duh, kok rasanya sulit banget ya." Muncul perasaan-perasaan nggak enak. Akhirnya timbullah perasaan nggak sabar. Suatu momen saya pernah ditanya oleh orang tua murid, "Coba tulis nama lengkapnya." Tanpa banyak tanya, saya langsung tulis nama saya.

Di lain waktu, saat hari Kamis, beliau bertanya lagi, "Shaum nggak hari ini?" Beliau bertanya demikia karena biasanya setelah mengajar saya diberikan sebungkus makanan. Saya jawab, "Iya, Pak. Insya Allah." Wajahnya langsung semringah, lalu berkata, "Yuk nanti kita makan bareng dulu setelah Maghrib."

Sekitar hampir sebulan lamanya, sebelum hendak pamit dari rumah murid saya, bapaknya murid saya memberikan sebuah kotak berwarna cokelat. "Dibaca ya." Saya langsung buka kotaknya, ternyata berisi Al-Quran. "Wah, bagus banget, ada tulisan nama saya juga", ujar saya dalam hati. Ternyata inilah maksud dari beliau meminta saya menulis nama beberapa waktu lalu.


--

Sebenarnya banyak ya pastinya kisah-kisah penuh hikmah lainnya. Saya sendiri pun takjub setiap dengar kisah orang lain dan bagaimana mereka menangkap hikmahnya. Bila berkenan, boleh teman-teman berbagi kisah penuh hikmah di kolom komentar.

Post a Comment

1 Comments

  1. masih jadi pembaca setianya Robby, wkwkw. selamat tahun baru, Rob! iya, sekarang saya juga jadi nungguin banget dinasehatin orang. Dulu saya ngeyel, sekarang saya sadar kalau yg dinasehatin itu bener, saya aja yg egonya tinggi.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)