(Tulisan di bawah akan menjadi post yang "nggak banget")
Tepat hari ini, 2 Mei 2016, kami sebagai pelaku pendidikan di Indonesia mengucapkan Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga dengan pendidikan generasi penerus bangsa bisa melanjutkan cita-cita para pahlawan di masa lalu dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Minimal bisa ikut World Cup, deh.
Oke, cukup basa-basinya. Saya cukup pusing mikir dan memilih kata-kata yang tepat. Ini pun harus nyari refrensi dari pembina upacara tadi pagi.
Saya, selaku perwakilan siswa yang selalu membuang sampah pada tempatnya dan tidak suka menempel upil di bawah meja, ingin menyampaikan aspirasi dalam bentuk surat terbuka untuk aspek utama pelopor pembangunan bangsa, pilar penting pendidikan Indonesia, yaitu bapak/ibu guru di seluruh Indonesia.
Judulnya: "Aib di Antara Kita".
Ehm, izinkan saya memperkenalkan diri kembali. Karena ada pepatah Slovenia yang berbunyi, "Tak kenal maka tak sayang. Bila sudah kenal jangan langsung menggerayang."
Saya Robby Haryanto, pelajar Jakarta yang paling berpresatsi dalam bidang mencemarkan nama baik sekolah. Saya cinta damai, anti narkoba, dan tidak suka makan beling. Saya menulis ini karena ada hasrat pribadi untuk mengungkapkan segala sesuatu dengan jujur dan terbuka. Percayalah, ini akan membuat bapak/ibu kaget dan seketika mengelus dada seraya menyebut doa-doa penenang.
Mari kita mulai.
Sadar atau tidak, kami selaku murid suka menjadikan segala tentangmu sebagai bahan guyonan, terutama kekuranganmu. Kebiasaan jelekmu saat mengajar, logat dan gaya berbicaramu yang aduhai, dan cara berjalanmu yang kadang lunglai, membuat kami puas tertawa saat jam istirahat atau waktu senggang sepulang sekolah. Tak jarang kami bisa sampai sakit perut karena mentertawakan kekurangan-kekuranganmu itu. Sungguh, kami tidak layak disebut sebagai siswa.
Manusia memang tak pernah luput dari kesalahan. Begitu juga seorang guru yang yang perkataannya tidak selalu benar dan sempurna dalam penyampaiannya. Kadang, kesalahanmu berbicara sewaktu mengajar membuat kami terpingkal-pingkal. Di sela dirimu bicara, kami suka menceletukimu dengan sebutan-sebutan aneh. Si kumis tebel, Si celana melorot, Si penguin pidato. Ya, begitulah. Mungkin bisa lebih sadis lagi.
Lagi, kekuranganmu menjadi bahan candaan kami sampai sepulang sekolah.
Tak ketinggalan, kelebihanmu kadang kami tertawakan bersama di tongkrongan. Cara mengajarmu yang kadang terlalu halus membuat kami kadang mempertanyakan kebenaranamu menjadi seorang guru. Bahkan, kami suka meninggikan derajat melebihimu. Bagi kami, Anda yang paling tepat di-bully daripada anak lelaki yang belum disunat di kelas 10. Saking rendahnya, kami tidak ingin mencium tanganmu saat bertemu di koridor sekolah, tapi tos-tosan ala anak tongkrongan futsal. Namun sejujurnya, bila cara mengajarmu berubah sungguh sangat menakutkan. Kami tak ingin bila bapak/ibu guru kehilangan cara mengajar yang lembut dan sabar.
Bila bapak/ibu menyuruh kami mengerjakan tugas, kami suka meminta keringanan. Sesungguhnya, itu berarti kami malas berhadapan dengan tugas yang Anda berikan. Kami cuma berharap agar terus tertunda, tertunda, tertunda, sampai akhirnya bapak/ibu bilang, "Ya udah. Nggak usah dikumpul. Nilai rapor semua aman."
Seisi kelas standing applause.
Ketika waktunya pengumpulan tugas, kami selalu punya dalih untuk tetap tidak mengumpulkan. Alasan ketinggalan mungkin sudah biasa bagimu, namun kami sebagai anak muda punya seribu alasan licik lainnya. Misalnya, dengan beralasan, "Tugas saya dimakan anjing sewaktu berangkat ke sekolah."
Mungkin naluri anak muda, kami akan sangat bahagia bila tak diawasi. Contoh nyatanya bila tak ada guru di dalam kelas. Apalagi jika saat itu tak ada guru yang mondar-mandir mengawasi. Kami akan sangat bahagia, Menonton film di laptop teman, menggendang-gendang meja, menyalakan jangwe di dalam kelas, merupakan bentuk perayaan kekosongan hadirmu.
Padahal kau sedang berbaring di rumah sakit, dalam waktu yang lama. Sakit cukup parah.
Sungguh, kami tak layak disebut sebagai generasi penerus bangsa.
Demikian sekelumit aib yang kami lakukan di belakangmu. Semoga bapak/ibu guru tetap bertahan dan ikhlas mengajar kami yang nakal tak tertolong Kak Seto. Kami mohon maaf atas semua kesalahan.
Selamat Hari Pendidikan Nasional.
Dari siswa paling gembel,
Robby Haryanto.
12 Comments
Hahahaha seru nih postingannya. Nanti ga mungkin lagi bisa nulis beginian kalo udah lewat rob. Bakal susah. :))
ReplyDeleteHahaha, nggak bakal dapet momennya pasti. Untung masih kelas 11. :D
DeleteSelamat hari pendidikan nasional. terus pertahankan dalam mencemarkan nama baik sekolah ya nak.
ReplyDeleteSiap, Ibu Adibah~
Deleteselamat hari pendidikan ya nak :D
ReplyDeleteIya, Bapak Bloggerpedia~
DeleteUuuh. So sweet :') Rada terharu bacanya. Btw itu alasan nggak ngerjain tugasnya bangke banget dah :'D
ReplyDeleteKarena kita pelajar kreatif, kak. Huehehe. :D
DeleteWKwkwk bener-bener siswa gembel ya kamu rob :p wkwkkw :D
ReplyDeleteSelamat hari pendidikan ya btw :)
Akhirnya diakui juga. Terharu. :')
DeleteSelamat hari pendidikannnnnnnhuaaaaaaaahahahaha... xD gue di sekolahan juga ngelakuin hal yang sama, serta menyukai hal yang sama. terutama kalo lagi gaada guru.
ReplyDeleteHuehehe, mantap. Kayaknya semua pelajar suka hal itu deh. :D
DeleteTerima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.
Emoji