Ketika Hidup Terasa Banyak Keluhan

Hari terakhir di bulan September tahun 2020, masih tetap mengeja kapan wabah berakhir. Setidaknya tetap perlu direnungi kembali, bulan ini sudah masuk bulan akhiran “ber”, bulan yang menimbulkan rasa dingin. Brrrr.

Wabah terus menjangkit, semangat diuji untuk bangkit. Banyak orang yang tidak lagi bekerja karena pengurangan karyawan. Bagi dia yang termasuk ke dalamnya, hal positifnya adalah diberikannya waktu istirahat. Barangkali bekerja bertahun-tahun membuat dia kelelahan, tak sempat punya waktu bersama keluarga. 


Namun, bayangnya bukan hanya tentangnya. Masih ada istri dan anak-anaknya yang tetap butuh dihidupi. Satu-satunya harapan yang dia miliki hanya kepada Sang Maha Pemberi. Dia percayakan kepada-Nya, badai pasti berlalu. Seperti hujan yang setia membasahi tanah di bulan September, seperti kering di bulan Maret. Semua hanya persoalan waktu. Menanti hingga reda, berani untuk kembali memulai, tegar dalam ketandusan. 

Dia teringat kisah ulama Imam Hasan Al-Basri, tatkala didatangi tiga orang dengan keluhan masing-masing. Orang pertama mengeluhkan kondisi ekonomi yang tak kunjung membaik. Orang kedua mengeluh karena pasangannya tak kunjung hamil, sang buah hati yang selalu dinanti belum juga hadir. Orang terakhir mengungkapkan keringnya kota tempat dia tinggal. Paceklik menjadi ancaman di sana. 

Lalu, solusi apa yang diberikan oleh sang imam?
“Perbanyaklah istigfar,” begitu ujar sang imam. 

Seorang yang sedari awal mengikuti duduk perkara semua orang, bertanya, “Mengapa solusinya hanya istigfar?”

Imam Hasan Al-Basri paham, semua orang yang baru saja hadir telah melakukan segala bentuk upaya dan usaha. Namun, segala keluhannya belum diberikan titik terang. Perlu ada suatu usaha untuk mengoptimalkan usaha-usahanya. 

Beliau tidak asal bicara. Landasannya pada firman Allah ta’ala, ketika mengisahkan Nabi Nuh dalam menyampaikan kebenaran pada kaumnya:

“Maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (Q.S. Nuh: 10-12)

Dia kembali pada perenungannya. Boleh jadi, dengan memohon ampunan dapat mengikis noda dosa di dalam hati. Membuatnya peka dalam menikmati rizqi dan mensyukuri nikmat.

Post a Comment

4 Comments

  1. Makasih banyak kang, seperti nya kita kurang istighfar jadinya diberikan rizki kurang bersyukur.

    ReplyDelete
  2. syukronbuat tulisan pengingatnya

    emang sekarang lagi berusaha untuk memperbanyak bersyukur, ketimbang komplain mulu

    ReplyDelete
  3. akhir2 ini aku juga banyak mengeluh karena lupa bersyukur :') di bulan baru ini aku mulai berubah lagi agar selalu berpikir positif!

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)