Teman yang Jauh Jaraknya

Gue sebenarnya introvert.

Eh, sebentar....


Apakah orang-orang introvert itu ngaku dirinya introvert? Kata orang, introvert itu malu buat nunjukin siapa dirinya. Apakah karakternya itu benar-benar layak disebut sebagai introvert? Halah, ini pembukaan malah bikin diri sendiri bingung.

Lewatin aja, lewatin.

Apa ya, cara nyebutnya? Mungkin gue lebih pantas disebut textrovert: orang-orang yang bawel di ketikan. Di antara sela-sela keyboard, banyak banget omongan yang mau gue sampaikan. Dari ketikan pula, gue sedikit-sedikit bisa menjadi orang yang keluar dari zona lama gue sebagai anak yang pendiam. Namun, beberapa kondisi membuat gue tetap menjadi seorang pendiam kembali. Misalnya, kalau lagi ziarah. YA MASA GUE HARUS ORASI!

Dari ketikan, gue belajar gimana caranya kenalan. Sewaktu main Omegle, gue suka banget nyapa orang duluan. Begini:
“Hi.”
“Hi.”
“Asl.”

Iya, sih. Nggak bakal kepake juga di dunia nyata “asl” itu.

Bukan di Omegle mungkin yang kultur kenalan pake “asl”-nya begitu kuat, melainkan di Skout atau di, ehem, ... Tinder (GUE AHLI BANGET SOAL APLIKASI STRANGER CHATTING YA. HUAHAHA). Skout atau Tinder nggak bikin gue lebih asing karena antara gue dan lawan chat bisa ngelihat foto masing-masing. Meskipun itu cuma foto kartun atau artis, gue sedikit bisa menebak ke mana arah pembicaran seharusnya. Belum lagi adanya fitur profil yang ngasih referensi topik apa yang bakal siap dibicarakan.

Misalnya, bio si lawan chat ada keterangan “anime”. Kurang lebih, gue harus tau dunia anime itu kayak apa. Karena gue nggak ngerti anime-anime-an, mentok-mentok gue cuma nanya, “Kamu jagoin Hyuga atau Tsubasa?”



Satu kali gue pernah ketemu orang Spanyol di Skout. Nggak biasanya gue bisa sampai balas-balasan tiga kali dengan orang luar, tentunya dengan bahasa Inggris seadanya. Chat hanya berputar pada pertanyaan “Where are you come from?”, “What are you doing?”, dan “Don’t smoking”. Yang ketiga nggak deh.

Ketika gue tanya umurnya, dia baru 12 tahun. Gokil juga. Apa karena anak ini nggak punya temen main di lingkungan rumah makanya main Skout?

Lalu, ada lagi orang Thailand. Agak mengejutkan sewaktu dia membalas bukan dengan bahasanya, dan dia langsung bisa menebak gue adalah orang Indonesia. Apa jangan-jangan orang Indonesia yang main Skout itu tujuannya sama, ya, makanya bisa terciri?

“Foto kamu ngingetin aku sama orang sebelum kamu,” jawabnya dengana bahasa Inggris, sewaktu gue tanya kenapa bisa tahu kalau gue orang Indonesia. Keren juga orang ini. Berarti muka gue Indonesia banget di mata dia.

Ekspresi gue:



Karena sudah dianggap ahli dalam kenalan lewat ketikan, gue nyoba menantang diri untuk nerapin ke dunia nyata ketika menjadi maba. Namun, nggak seperti Tinder dan Skout, kenalan dengan sesama maba lebih mirip Omegle. Gue nggak pernah tau gimana isi “bio”-nya. Hanya ada wajah saja. Mustahil gue ketemu orang langsung bilang “Asl?”. Dikira gue lagi kumur-kumur. Maka gue mencoba pertanyaan, “Asalnya dari mana?”

Dan gue selalu tertarik ketika melempar pertanyaan itu.

Gue pernah ketemu sesama maba sewaktu pendaftaran ulang di kampus. Dia bertopi, tasnya besar dan penuh, berjaket hitam. Gue kira dia abis turun dari gunung.

“Permisi,” sapanya ke gue. “Kalau mau daftar ulang di mana, ya, Bang?”
Oke. Untuk ke sekian kalinya, gue nggak pernah bisa terima dipanggil “Bang”, “Pak”, atau “Pakde”.
“Nanti lurus, belok kanan, nah, belok kiri deh,” jelas gue. “Nanti bareng saya aja, Mas. Sama-sama maba, kok.”

Dia lalu mengikuti gue. Dia cerita, asalnya dari Sidoarjo. Di sini tinggal ngekos dan belum tau banyak soal Jakarta. Sekalinya tau Jakarta, dia malah ngobrol sama gue—orang Jakarta yang nggak tau-tau amat soal Jakarta.
“Lho, kalau gitu, kenapa nggak ngambil kampus yang di daerahnya aja, Mas?” tanya gue sambil jalan menuju lokasi.
“Mau sekalian yang jauh, Mas,” jawabnya.

Beda banget deh sama alasan gue kuliah di UNJ. Berbeda juga dengan teman-teman gue yang merantau ke luar Jakarta.  Alasan “mencari sesuatu yang jauh”, bagi gue, cuma bisa dilakukan lewat dunia maya. Kenalan di Skout, Tinder, atau Omegle. Hanya itu yang bisa gue lakukan. Begitu pun dalam berteman. Karena selama koneksi internet masih ada, sejauh apa pun gue dengan orang lain, akan terus nyambung.

(Kalimat yang bagus, kan, buat jadi iklan provider?)

***

Banyak teman gue yang tahu apa itu WIRDY. Dua orang. Ya, senggaknya lebih dari satu, kan, disebutnya banyak. Rata-rata mereka nanya, “WIRDY itu siapa?” Lalu gue jelaskan pelan-pelan apa itu WIRDY. Dari pertanyaan dan jawaban itu, hampir selalu berakhir dengan kalimat: “Wah, bisa kenal gitu, ya.”

WIRDY bagi gue adalah kelompok kecil terenak buat bahas soal blog dan lika-likunya. Orang-orang di dalamnya seneng curhat, jadi buat gue tempat ini cocok. Kenal cuma lewat blog, belum pernah ada meet up semua orangnya. Beberapa orang ada yang pernah saling ketemu. Pernah ngobrol rame-rame sewaktu vidcall-an.

WIRDY cuma tempat ngobrol biasa di grup WhatsApp (Line juga ada, tapi jarang dipake). Nggak beda jauh sama grup-grup chat lainnya. Jadi, kalau kamu mau masuk grup ini, ya ... bakalan sama aja kayak grup WhatsApp-mu. Lagipula nggak ada sistem perekrutan di sini. Emangnya grup kepanitiaan, pake perekrutan segala.

Sampai saat gue mengetik tulisan ini, gue tiba-tiba kangen Jamban Blogger, terutama forumnya. Saat itu gue masih kelas 10, masa-masa nyari komunitas blogger biar kenal banyak orang. Gue inget banget momennya: Gue online, membuka forum, di saat bersamaan, gue nelantarin PR. Suram banget masa itu.

Gue ngelihatin orang-orang, mau ikutan nimbrung malu. Mau komen, “Bw balik, Gan” takut dikira salah forum. Itu, kan, bahasanya Kuskus, eh Kaskus.

Memang dunia blog sekarang nggak serame dulu. Gue ngelihat ramenya dunia blog lewat Jamban Blogger. Tapi bukan berarti dunia blog sudah mati. WIRDY, gue akui, nggak serame beberapa bulan lalu. Sebelum namanya jadi WIRDY—dulu WIDY—grup ini rame banget dengan cerbungnya. Setelah jadi WIRDY, kebetulan gue anak baru di sini, kami rame-rame bikin e-book. Di grup WhatsApp beberapa kali muncul pertanyaan: “Udah berapa yang download?”. Wah, gue kangen betul itu. Hehehe.

WIRDY adalah teman-teman jauh gue. Gue di Kalideres, Jakbar. Cuma Bang Yoga aja yang paling deket di Palmerah, Jakbar. Selebihnya, Kakak Icha di Samarinda, Kakak Wulan di Pekanbaru, dan yang paling jauh Bang Darma di Turki. Usia pun cukup jauh. Cuma gue yang belum masuk usia kepala dua (meskipun sering dibilang mahasiswa semester lima).

Meskipun jauh, tapi gue merasa dekat. Rasa-rasanya kayak lagu Zivilia. Dekat dalam artian ada banyak lingkaran yang bikin gue dan mereka ada di dalamnya. Atau, antara masing-masing orang, minimal ada satu persamaannya, yaitu sama-sama ngeblog.

Misalnya, antara gue dengan Bang Yoga yang tinggalnya di Jakbar. Mungkin gue orang yang paling histeris ketika denger Jakbar. Ketika Stand up Indo Jakbar ikut LKS Kompas TV, gue girang bukan main. Padahal bukan bagian dari mereka. Paling sering, saat ketemu orang nyebutin dia tinggal di Jakbar, jantung gue bakal terpacu lebih cepat buat kenal lebih jauh sama orang itu.

Di kampus apalagi. Bagi gue, orang Jakbar kuliah di Jaktim dan sanggup pergi-pulang adalah orang tangguh. Ketemu orang Jakbar, gue langsung nyambut, “AH, SERIUS? JAKBARNYA MANA?!” Beberapa orang penting di kampus ada yang tinggal di Jakbar. Motivasi gue jadi makin nambah ... buat nyari temen dari Jakbar. Siapa tau aja, kalau gue ditakdirkan lanjut kuliah di luar negeri, gue ketemu orang Jakbar juga. Nggak ada yang tahu.

Lalu Bang Darma. Dia satu almamater sama gue di UNJ. Bedanya, dia udah lulus, gue masih maba. Beberapa kali dia nanyain atau ngomongin soal kehidupan kampus di grup atau personal chat. Mungkin naluriah sebagai senior, pengin tau mantan kampusnya.

Kalau kedua wanita di grup ini nggak tau apa kesamaannya. Hahaha. Paling itu tadi, sama-sama ngeblog.

Seandainya kami bisa ketemu berlima, gue mungkin yang paling diem. Ini dibuktikan sewaktu beberapa bulan lalu, saat ada voice call segrup. Handphone gue yang kebetulan lagi rusak saat itu nggak bisa ngeluarin suara dengan jernih. Gue coba online di laptop, mendengarkan lewat earphone, tetap nggak bisa. Mau ikutan ngomong, tapi suara gue nggak nyampe. Nyari-nyari lubang masuknya suara. Deketin mulut ke speaker, nggak bisa. Deketin ke kabel juga nggak bisa. Akhirnya gue jadi yang paling diem.

Gue mengambil kesimpulan dengan menganalogikan pertemanan ini dengan susunan tim Program Kreativitas Mahasiswa atau PKM.

Dalam sebuah kesempatan, gue pernah dengar seorang pembicara berkata bahwa sebuah tim PKM yang ideal adalah tim yang isinya (anggotanya) berasal dari berbeda-beda jurusan, fakultas, dan angkatan. Dengan begitu saling melengkapi ilmunya, kesempatannya, dan pembagian tugasnya. Kalau senior lagi sibuk, juniornya bisa bantu ngeprint proposal. Begitu juga sebaliknya.

Gue ngelihat WIRDY sebagai “tim PKM”. Kami berbeda-beda umur, daerah tinggal, dan latar belakang pekerjaan. Entah sampai kapan begini. Tapi, cuma makasih yang bisa gue ucapkan kepada kalian karena gue bisa ngerasain punya teman yang jauh jaraknya.

---

WIRDY lagi ulang tahun yang kedua, bertepatan sama Hari Guru. Ada yang mau disampaikan?

Sumber gambar:
https://pixabay.com/en/notebook-pen-eyewear-article-note-2672467/
https://www.duniaku.net/2015/06/06/captain-tsubasa-hyuga-final-liga-champions/
http://popkey.co/m/DDeM-happy-spongebob-cartoon-lol-shy-lolz

Post a Comment

31 Comments

  1. Dan ini bloger kesekian, yang mengaku kalau dirinya introvert. *Aku juga ding*. Hehehe
    Pernah baca beberapa blogpost dari list BW, si bloger juga lumayan banyak yang mengakui kalau dirinya introvert, dan ngga terlalu pinter ngomong ketika ketemu orang lain. Apalagi orang asing / orang baru. Ya, nyatanya emang gitu sih. Aku ngalamin sendiri masalahnya xD

    Oh tak kira member grup WIRDY itu anak-anak Jakarta semua, ternyata lintas negara toh?
    Meski grup udah ngga seramai dulu, setidaknya masih cukup aktif buat nulis-nulis cerbung kan, Rob? Sering liat blogpost yang dibagian akhir kadang ada embel-embel *proyek WIRDY*, gitu. Salut!

    Btw - btw, itu aplikasi chatting apaan? Baru tau ini, sumpah. Hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin itu alasan mereka ngeblog. Hahaha. Banyak yang mau diungkapin, tapi malu secara langsung.

      Oh iya. Label "WIRDY" hampir setiap bulan ada. Jadi keliatan masih rame~

      Cobain! :p

      Delete
  2. Seumur hidup, saya nggak pernah gunain Tinder ama Skout (ini aja baru tahu). Chat sama orang asing gitu ya sebates Omegle, ini pun terakhir 4-5 tahun lalu deh. Saya termasuk orang yang bawel di teks juga deh. Kalau di dunia nyata, paling sama orang tertentu. Kalau baru kenal susah ngomong juga. Bahaha. Kecuali manusia tertentu, biasanya Gemini, yang bisa langsung sreg sekali ketemu. Ketemu sekali, tapi udah kayak kenal deket. Apalagi dia cewek. Eh~ wqwq

    Jadi dirgahayu keberapa nih bakalan ketemuan semua? :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. hemm sepertinya yoga bener deh, ami zodiaknya gemini
      kata temen2 ami orangnya gampang akrab, cuma gak begitu gamp-ang kalo sama cowok, kecuali kalo cowoknya ngakrabin duluan :D

      Delete
    2. Yoga: itu gue masa-masa nggak punya kesibukan, makanya nyobain semuanya. Hahaha. Sekarang udah sulit, dan ngapain juga. :D

      Nanti kita meet up kalau rezekinya udah cukup buat terbang. :))

      Ami: ((ngakrabin))

      Delete
  3. Kapan WIRDY bikin 'sesuatu' lagi nih?

    ReplyDelete
  4. Saya orangnya suka sercet chat kayak gitu, tapi ngga sampe semua aplikasi gue cobain. Sosial media yang gue pake untuk kenalan, mentok-mentok cuma Facebook. Tapi, suatu prestasi bisa kenal Facebook dari SD. Wekeweke~

    ReplyDelete
  5. Terus gimana tuh yg anak Sidoarjo? Masih bertemen nga sampe skrg? Kan mempertahankan temen susah juga lho wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bahaha, lupa itu. Cuma kenal sebentar, lalu lupa. Nggak sempet ingetin namanya.

      Delete
  6. waaahh kalau gue si orgnya ambivert bisa diem kalau ngk sekarekter, bisa kacau juga kalau sekarakter.
    HBD WIRDY... moga makin sukses!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, apa lagi itu ambivert? Baru tau. Taunya ambeien.

      Aamiin. Thank you!

      Delete
  7. Banyak orang yang mungkin menyangka gue ekstrovert karena bisa 'mengungkapkan'....halah, banyak omong. Tapi gue mendeterminasi diri gue sendiri sebagai introvert. Karena sebenernya gue paliiing susah mengungkapkan masalah.

    Pokoknya susah kalau mengungkapkan perasaan, kalau pemikiran sih gampang. Wkwk.

    Nah, gue juga punya teman yg kaya lu Rob, wkwk. Di chat, hadeuh cerewetnya masyaAllah, dah lah ga kelar2 ngobrolnya. Tapi pas ketemu rasanya pingin gue geplak karena ga ada inisiatif bahasa apa gitu -_-

    Hmmm, apa lu ngerasa lebih nyaman ngobrol dg org dari dunia maya? Drpd yg langsung tatap muka? Gue iya sih hahahaha.

    Anak sosmed banget lah dulu, tp bukan sama teman dunia maya. Dunia maya. Facebook, twitter, interpals.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, berarti itu masuknya introvert atau extrovert? Hahaha, ini tambah bingung jadinya. :D

      Sekarang berusaha mengurangi kayak gitu dengan ikut organisasi. Capek juga ngetik. :))

      Interpals saya nggak tau. Kalau tua aja, kalau dulu udah kenal mah pasti nyicip. :D

      Delete
  8. Textrovert. Baru tau istilah ini, Rob. Wkwkwk :v

    Yah, emang sik lebih enak ngobrol di dunia maya. Buat orang pemalu keknya asik. Tapi better dari dunia maya ke dunia nyata sik. Masak gak mau ngobrol en ketemu langsung? ._.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya, kayaknya harus terwujud dengan adanya grup WhatsApp blogger Jabodetabek. Hehehe. Tapi ku jarang muncul di sana.

      Delete
  9. Anjir. Baru tau Skout dari kamu, Rob. Kamu orangnya suka iseng-iseng kenalan sama orang asing yak.

    Wkakakaka. Aku jadi ingat waktu kita voice call di Line. Waktu itu aku pikir kamu cuma mau jadi pendengar, jaga image, atau benar-benar nggak mau mengotori lisannya dengan join obrolan yang tidak ada faedahnya. Pankapan begitu lagi yok hahahaha.

    Iya nih. Entah sampai kapan begini. Sampai jadi debu kah? Wkakaka. Semoga bisa segera mitap ya. Pengen ngebuktiin sih. Kamu anaknya memang beneran bakal jadi yang paling pendiam, atau yang paling rusuh. Aku dan Wulan siap ngusilin kamu biar jadi yang paling rusuh. Yuhuuuu~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyak, betuuul. Kurang temen akhirnya begitu ya. :))

      Boleh, boleh. Sekarang hapeku speakernya nggak bermasalah lagi.

      Waw, apa jadinya ya kita meet up? Nabung berapa tahun yak? :D

      Delete
  10. Emang udah beda dunia ya ngobrol di chat sama dunia aslinya. Di chat dengan ketikan simple, dikit, seperti kata 'asl' aja udah bisa bikin jadi banyak obrolan. Beda sama dunia nyata nanya 'asl?' pasti direspon bingung sama orang, kudu nanya satu persatu secara jelas panjang dan lebar. Wah ada yang ulang tahun nih? Happy bday ya wirdy! Panjang umurrr! huehehe

    willynana.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau ngucap "asl" bibir suka maju-maju. :D

      Aamiin. Thank you, Mbak Nana.

      Delete
  11. Hahahahaa yawlaa aku sampe skrg belom pernah pake tinder, skout dan lainnya itu. Eh tapi textovert keren juga ya by. Wkwkw

    Kalo kita bertemu berlima, kayanya aku deh yang paling pendiem.
    Sekali lagi, selamat 2 tahun WIRDY. YEAY!


    EH BETEWE KALIAN KAPAN SIK VIDCALL DI GRUP? KOK AKU GATAU SIH?? KZL

    ReplyDelete
    Replies
    1. NGGAK, ITU NGGAK MUNGKIN! Saya aja yang paling pendiem. Huahaha.

      Bukan vidcall. Phone call. Vidcall bukannya waktu zaman WIDY?

      Delete
  12. Robby trnyata memang pakar aplikasi chat sm org asing ya? :') Tinder gue prnah dgr doang tp ga prnah nyoba. Skout? Apanntu? Gue kira bhs inggrisnya pramuka. Eh, iya bkan sih? Wkwk. Omegle dlu gue sering bgt maen bgtuan, malah yg aktif guenya, ampe sgala mnta watsap ama twitter. Niatannya sih biar inggrs gue lncar. Bhaha:')

    Jakbar ke jaktim nyasarnya jauh jg ya? Klo nemu tmen yg tmpat tinggalnya dket kita emg ngrasa bhagia gtusi. Gue Bekasi ke Jakut... Trs klo nemu org yg rmhnya di bekasi jg gue seneng, trs nnya2 dah bekasinya mana. Tp bekasi luas bat cuy. :') Mgkin bgini rasanya org2 yg ktmu teman satu kampung pas lg d jakarta, kali yak??

    Hnya dari dumay sih kita bsa tmenan jarak jauhh se-Indonesia bhkan antar negara (tp orgnya org Indonesia yg lg ngerantau kek bang darma, bang oji gtu.) Kalo ketemu scara lgsg lebih seneng lg sih, kyak pas kopdar blogger aja :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu scout. Bahaha. Main Tinder nggak bisa buat belajar bahasa Inggris karena maksimal 160 km aja kalau gak salah.

      Itu ibaratnya sama rasa. Rute buat ke tempat ketemu juga yang mempersatukan rasa. Huahaha, apaan dah!

      Wah iya, tuh. Bang Darma udah pernah ketemu sebelum dia ke Turki.

      Delete
  13. masalah media chat buat ngegebet kayaknya saya nunduk ama kamu. Rob. itu yg kamus ebutin belum pernah saya coba sekali pun. luar biasa syekali jalan hidupmu yg ganti pacar tiap pergantian tahun ajaran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, itu pencarian jati diri yang cukup panjang. Sekarang capek main gituan. :D

      Delete
  14. Nah, itu kan, Bapak Penggagas memang sangat ngemong orangnya. Tidak salah memilih penggagas.

    Karena suatu saat saya melewati masa itu, Mbak. Hehehe. Makasih ini semuanya. Sehat selalu, Mbak!

    ReplyDelete
  15. Makasih lho istilah barunya. Textrovert. Muahahaha.

    Aku bingung kok dirimu dibilang mirip mahasiswa udah semester 5. Nggak keliatan ah.

    Mungkin bawaan bungsu kali ya, kan kalo "bungsu" mah bawaannya kalem kalem gimana gitu. Mungkin.

    Btw aku nggak ngerti dirimu ceritain omegle, skout, tinder, aku tida tahu itu. Omegle si tau, tau nama doang. Makenya mah nggak. Akkk aku ndeso :(

    ReplyDelete
  16. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)