Maaf untuk Keputusan Ini

Maaf, motonya pake flash kamera belakang.
Andai saja ada kata yang benar-benar bisa menggantikan judul postingan ini, mungkin gue nggak akan menulis ratusan atau ribuan kata ke depan nanti.

Ini seperti ingin mengatakan "Bu, ulangannya ditunda dulu dong, please" kepada guru Fisika dulu.

Butuh hening yang lama. Butuh kertas buram untuk menulis salinan rumus. Butuh waktu untuk berpikir sedemikian rupa, sampai akhirnya gue benar-benar bisa mulai untuk menuliskan ini.

Andai saja postingan ini dites menggunakan Turnitin, percayalah, tulisan ini akan dicap plagiat. Dari judul dan tiga paragraf sudah menunjukkan penjiplakan.

Maaf untuk keputusan ini.

^^^

Entahlah, gue masih belum habis pikir harus memulai pembicaraan ini dari mana. Padahal guru mengaji selalu berpesan untuk memulai pengajian diawali taawuz dan basmalah. Gue masih sulit untuk mengeluarkan unek-unek pada tulisan ini.

Apa yang membuat gue begitu sulit untuk bicara?

Gue sadar beberapa hari ini. Mungkin beberapa orang ada yang merasa tulisan gue jadi lebih berbeda rasanya. Gue pun sama, merasakan ada sesuatu yang berbeda dari tulisan gue di blog. Gue menulis tidak seperti biasanya dengan gaya bahasa yang berbeda. Semua itu hanya alibi gue untuk tetap bisa menjadi konsisten.

Gue tidak menemukan sentuhan ngeblog seperti dulu yang begitu lepas bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Padahal gue sudah mencoba memeras ide mentah menjadi sebuah cerita yang patut untuk dipertimbangkan. Namun setelah selesai, gue tidak sanggup mem-publish-nya dan lebih memilih untuk menghapus.

Memang sampai paragraf ini, kalian bingung dengan apa yang gue katakan. Gue masih berusaha menyalin teks asli dari postingan referensi “blogger minta maaf” di blog milik Heru Arya, yang berjudul “Maaf untuk Keputusan Ini”.

^^^

Kini gue tidak terlalu ingin bercerita tentang keseharian. Sangat berbanding terbalik sebagai seorang personal blogger dengan subpeminatan curhat (Halah, dikira mata kuliah pake peminatan peminatan segala!). Waktu gue tidak banyak untuk mengetik cerita-cerita gue yang garing. Gue seperti mengalami fase saat semua hal yang telah gue lakukan hanya berbuah sia-sia.

Ketika gue mengetik postingan di dalam bus, gue tetap tidak sanggup melanjutkannya, apalagi saat kaki terjepit pintu bus. Benar. Itu sakit.

Gue lebih memilih untuk menjalani dunia kuliah dengan senang hati. Tidak seperti dulu yang banyak ngeluhnya, menuliskannya di blog, dan menyelipkan reflek tawa yang membuat perut tergelitik.

Gue hanya ingin berkata kalau gue sedang dipadatkan kegiatan perkuliahan.

Dari sibuknya kuliah, gue senang bisa banyak melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat ketimbang gegoleran di kasur sambil skip-skip Instastories. Aksi di feeds juga begitu terpengaruh. Dibanding dulu, gue lebih jarang tap-tap foto orang. Sekarang lebih sering tap kartu di mesin tap out Transjakarta.



Padahal, gue dulu sudah bertekad untuk tidak terlalu banyak mengikuti agenda di kampus. Namun, di sisi lain, gue harus membuka mata. Banyak agenda di sini yang bakal menyelamatkan gue suatu saat nanti. Penyelamat itu bernama pengalaman. Gue tidak akan kaget saat masuk dunia kerja. Biarlah kaget sekarang saat menjadi mahasiswa baru.

Istilahnya “kupu-kupu”: kuliah pulang-kuliah pulang. Begitulah yang gue bayangkan saat SMA tentang kuliah. Nyatanya, kuliah dan sekolah sangatlah berbeda. Di perkuliahan jam belajar di kelas sangatlah sedikit. Bahkan ada dalam satu hari, gue belajar di kelas hanya 150 menit. Lebih lama perjalanan berangkat dari rumah ke kampus dibanding belajar di kelas.

Dunia kampus dan sekolah benar-benar beda. Sudah sebulan gue belum sepenuhnya masuk ke dunia perkuliahan.

^^^

Ada sedikit rasa ingin balas dendam, berbarengan saat gue menonton parade unit kegiatan mahasiswa (UKM) di kampus. UKM di kampus ternyata jauh lebih keren dibandingkan ekstrakurikuler di SMA dulu. Sehingga membuat gue yang dulunya nggak banyak aktif kegiatan di SMA memiliki tekad untuk aktif di banyak organisasi.

Namun, kenyataannya tidak semulus demikian.

Sudah minggu keempat kuliah, gue belum menemukan arah untuk menyeimbangkan antara kuliah dan organisasi, meskipun semuanya belum dimulai. Gue sudah ketakutan duluan.

Di acara parade UKM itu, ada satu yang menarik gue untuk tercebur ke dalamnya. Tidak terlalu memikat penampilannya, tetapi dari namanya sudah membuat gue tertarik. Ibarat orang jatuh cinta, gue jatuh cinta hanya lewat mencium parfumnya saja. Tanpa perlu dilihat, gue ingin masuk ke organisasi itu.

Kata teman, jangan sibuk-sibuk di kampus. Kamu udah kurus, nanti tambah kurus. Apa hubungannya? Justru dengan gue sibuk bisa jadi malah tambah gemuk karena rezeki datangnya dari mana saja. Ikut organisasi, berarti ketemu banyak orang. Makin sering ditawarin makan dong? Ditawarin aja sebenarnya, buat basa-basi.

UKM impian gue ini seringkali muncul dari broadcast message-nya di grup kelas. Isinya tentang ajakan mengikuti UKM tersebut. Pelan-pelan broadcast message itu berhasil menggoda gue untuk ikut. Jujur saja, dari awal memang gue sudah tertarik dengan UKM yang konsentrasi kegiatannya ke penelitian. Niat gue ikut UKM tersebut adalah agar gue bisa belajar meneliti.

Pada Selasa pagi gue memberanikan diri ke sekretariat UKM penelitian. Sambil membawa formulir, dengan langkah suka cita gue mengetuk pintu gedung tersebut. Seorang perempuan menghampiri dan menerima formulir dari gue. Gue memandangi markas UKM itu banyak sekali orang-orang duduk di depan laptopnya masing-masing. Entah mereka sedang menulis jurnal ilmiah atau menulis JURNAL PEMBALIK.

Header blog kesukaan kita: robbyharyanto.com

Jauh setelah gue berikan formulir tadi, gue bertanya-tanya, apa gue kuat buat ikut UKM ini? Tugas kuliah udah seabrek, ditambah penelitian bikin makalah dan karya ilmiah. Belum lagi nanti praktikum. Ah, kok rasanya sulit ya?

Gue berusaha berpikir positif. Anak jurusan MIPA memang seperti ini bidangnya; meneliti. Hitung-hitung biar terbiasa saat nanti menyusun skripsi.

Sebenarnya, rasa cemas gue lebih besar. Mengingat perjalanan pulang memakan waktu yang lama, gue takut nggak bisa mengimbangi antara kuliah dan UKM. Takut berat sebelah. Apalagi gue sebelumnya sudah daftar di organisasi lain setingkat fakultas. Apakah seperti ini rasanya poligami? Eh, bukan. Ini poliorganisasi.

Beberapa hari kemudian, gue resmi masuk menjadi anggota UKM penelitian. Gue disambut baik di grup WhatsApp. Kalau ini di dunia nyata, harusnya gue dikalungin bunga. Tapi, ini hanya di WhatsApp. Cukup dengan kalimat “selamat datang”, gue sudah merasa disambut baik.

Setelah gue masuk, seorang admin mengirimkan banyak file berformat pdf dan ppt. Isinya kebanyakan tentang pengenalan penelitian. Lalu, ada file berjudul “Panduan Laporan Penulisan”. Admin juga bilang kalau anggota baru harus menyusun karya ilmiah sampai bab III secara kelompok.

Gue nggak tau harus berbuat apa.

Gue belum banyak pengalaman tentang meneliti. Untuk proses menulis, gue sudah berpengalaman menulis di blog pribadi. Tapi, ini adalah tulisan serius. Sedangkan yang gue tulis di blog adalah hal ringan. Rasanya gue nggak sanggup buat ngerjain tugas itu. Gue memikirkan ke depannya juga, bagaimana sibuknya kegiatan ini.

Gue mulai mempertimbangkan keberadaan gue di grup ini.

“Kak, saya izin keluar karena nggak sanggup buat ngikutin kegiatan ini.”

Pesan terkirim. Pesannya berceklis dua. Gue langsung keluar dari grup.



Ini bukan jalan gue.

... karena ini Jalan Malioboro.

Ya, mungkin gue saat ini belum sanggup untuk masuk ke ranah yang serius seperti masuk UKM penelitian. Bagi gue butuh dedikasi waktu yang tinggi untuk meneliti. Toh, gue pun bisa belajar dari sumber lain. Jadi, nggak ada ceritanya gue nggak bisa belajar meneliti.

Selain gue, masih ada blogger lain yang minta maaf atas keputusannya.
1. Haris Firmansyah
2. Yogaesce
3. Firman
4. Febri Dwi C.
5. Icha Hairunnisa



Sumber gambar:
https://en.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro
https://soulofjakarta.com/mobile/index.php?modul=17-agustus-2016-uji-coba-sistem-tap-out-transjakarta-.html&id=MTEwMTk=

Daftar pustaka:
Arya, Heru. 2016. "Maaf untuk Keputusan Ini", https://tulisanwortel.com/maaf-untuk-keputusan-ini/, diakses pada 29 September 2017 pukul 19.48.

Post a Comment

21 Comments

  1. Pas bagian diawali oleh taawawudz dan basmallah itu menimbulkan reflek anggukan.

    Ikut organisasi aja rob, kalo ukm jangan yang banya kegiatan. Nanti susah bagi waktu buat kuliah, ngeblog dan endingnya bikin postingan permintaan maaf.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ikut pasti. Ngatur waktunya susah, antara kuliah, organisasi, ngeblog, dan tidur di bus.

      Delete
  2. Pokoknya kuliah jangan sampe ganggu ngeblog. Karena ngeblog pastinya jalan lo. Bukan Jalan Sesama.

    ReplyDelete
  3. Cuma mau ngasih satu saran:
    Bikin ukm sendiri aja, oh ceesku Robby. Rekrut anggota yang banyak. Nah terus ukm nya kasih nama "Maaf Untuk Keputusan Ini". Tujuan ukm ini adalah untuk merangkul para mahasiswa/i yang terdzolimi oleh keputusan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ditampung dulu, Cees. Andai Kang Agia kawan satu kampusku, mari kita perjuangkan UKM itu sebagai wadah mahasiswa/i terdzolimi.

      Delete
  4. Jadi inget dulu, SMK kelas 1 sempet masuk rohis. Awal-awal mah oke ya, kan. Banyak games dan kuis. Terus ada macam acara jurit malam cuma ini dilakukan sore hari, intinya yang kudu datengin dari satu pos ke pos lain udah kayak tes masuk.

    Begitu bulan kedua gue langsung cabut, sebab lama-lama nggak cocok. Alias, pas ngobrolin soal agamanya jauh beda dari yang gue pelajari sejak kecil. Maaf, itu bukan aliran gue. Takut sesat. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baru engah, tautan Febri isinya blog Firman. Haha.

      Delete
    2. Gue dulu masuk Rohis malah aktifnya di rental PS. Baru ke sekolah kalau Rohisnya selesai, ganti marawis. xD

      OH IYA, ITU NGEDITNYA BURU-BURU SAMBIL NGERJAIN MAKALAH. Maaf untuk keputusan ini.

      Delete
  5. Gue saranin, nih, Rob.. Makanya, jgn poligami.. Eh, jgn poliorganisasi mnksdnya. Bner kata bg yogaesce, ntr susah ngtur wktunya. Lah ini kok gue mlah tinggal ngetik kata2 org si? ga kreatip amat. Wkwk.

    Ya, gue berharap aja moga di postingan2 blog ini selanjutnya gak berisi makalah2 atau tugas kuliah. Etapi gapapa deng, palagi model karya ilmiahnya macem bang haw. Wkakakk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku anaknya butuh kesibukan, Kak. Kalau nggak sibuk, nanti sibuk murungin diri. :(

      Maunya gitu. Isi aja laporan praktikum biologi semua. Hehehe. :))

      Delete
  6. Di tengah-tengah: Bau-baunya Robby bakal lulus cepat nih. Hmmm...

    Pas akhir: Wah, gue ada temennya nih.

    Hahahaha

    ReplyDelete
  7. Bangsat. Aku masih ngakak aja anjir baca tulisan daftar pustaka. Mhuahahahaha. Menjiwai sekali menjadi mahasiswa semester 5-nya, Rob.

    Hem.... aku nggak bisa komentar banyak soal UKM. Sing penting kamu udah bisa menerka dan memperkirakan hal itu, kamu tau kalau saat ini, itu bukan jalan kamu. Terus daripada kepikiran mulu dan ngerasa nggak yakin mulu, kamu udah tepat buat keluar. Lebih cepat keluar lebih baik. Tapi itu nggak berlaku kalau saat berhubungan ena-ena.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Daftar pustaka itu harus dibiasain nih buat anak-anak tukang bikin laporan. xD

      Yeh, ujungnya malah... Hem....

      Delete
  8. Anak MIPA mah, banyak jam buat praktikum di lab, Rob.
    Temen-temen ku yang satu UKM dulu juga sering banget itu, lembur-lembur buat laporan habis praktiku. Tapi untungnya mereka juga masih bisa bagi waktu antara kuliah dan kegiatan di UKM. Fine-fine aja sih.

    Ikut KSR PMI aja *penghasut senior di UKM, tapi beda kampus* wahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa bagi waktu begitu, berarti mereka kuat-kuat banget batinnya ya. :')

      Itu lagi. Aku maunya jadi yang ditolong KSR aja. *ketagihan dirawat anak PMR semasa SMP*

      Delete
  9. Mau juga ikut jurnalistik. Bahaha. Tapi banyak pertimbangan yang akhirnya batal deh. :(

    Kalau ikut UKM olahraga, minder duluan sama anak fakultas olahraga. Badannya mantep (lho, bahasanya?). Sekarang nggak ada matkul olahraga. Sampai semester berapa pun. Kurang tau deh di kampus lain.

    ReplyDelete
  10. Keputusan yg sangat berat. Antara memilih untuk ikut penelitian (nyiksa diri) atau memilih jalan lain, selain Malioboro.

    Santay ajalah Rob, dunia lebih luas dari itu~

    ReplyDelete
  11. Well, ikut UKM nya jangan yang kebanyakan kegiatan atau tugas deh bagusnya
    Waktu S1 dulu aku ikut 2 UKM, dan itu menyita waktu banget
    Tapi alhamdulillah buat ngeblog masih bisa disempat-sempatin, walaupun terkadang tulisannya receh

    Gapapalah, toh personal blogger wkwkwk

    anyway aku jg pernah deh mengalami fase dimana rasanya tulisan di blog nggak ngalir lagi kayak dulu, jadi serba salah gitu terus gak jadi jadi dipost

    setelah diinget-inget, kayaknya itu karena kita udah pake domain, sehingga kita jd berpikir biar tulisannya harus bagus. Padahal mah namanya personal blogger tetap aja boleh menulis sesuka hati ya kan.

    terus aku ngobatinnya pake cara reka ulang.
    Ngebacain satu-persatu semua postingan blog dari awal bikin sampai sekarang. terus pelan-pelan jiwa personal nya jadi balik lagi deh.. sekarnag udah bisa lagi ngetik postingan pake wkwkwkwk atau hahahahha, seperti dulu hahah XD

    Itu fase Lost and found.
    Lumraaah

    Semoga segera menemukan kembali ritme waktu nge blog nya dan style personal blogger nya yaa

    ReplyDelete
  12. Sebenarnya ikut UKM bagus rob, bisa nambah ilmu dan pengalaman. Tapi yah itu keputusan robby sendiri sih, soalnya hanya robby yang tahu bagaimana kondisinya. Kalau saya saranin daripada berat milih UKM mending ikut komunitas aja, tugas sih gak ada tapi kebersamaannya gak kalah kok dari UKM. Saya waktu kuliah juga gitu, tapi ceritanya beda. Saya gagal lolos seleksi dari UKM desain grafis. Kecewa sih iya, tapi gak lama saya nemu komunitas yang gak cuman ngumpul doang tapi juga ngajarin hal-hal lain. Itu aja sih menurut saya, pokoknya ngeblognya jangan berhenti, sayang banget udah sejauh ini vakum gara-gara waktunya kesita kegiatan yang padat.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)